Serangan bom bunuh diri atas gereja Katolik di Kaduna, Nigeria menewaskan 9 orang hari Minggu (28/10).
Serangan bom bunuh diri itu menimbulkan kekhawatiran munculnya lagi kekerasan sektarian di kota Kaduna yang bergolak.
Sekitar 20 menit setelah pemboman seorang perempuan ini menangis di luar
gereja yang sebagian hancur. "Saya sudah merasa tidak enak," ujarnya.
Sementara polisi mencoba membersihkan daerah itu, perempuan tersebut
menyatakan ia kehilangan adik dan kakak dalam serangan pagi hari.
Jurubicara Badan Pengelolaan Darurat Nasional Nigeria Yushau Shuaib
mengatakan seorang pembom bunuh diri menabrakkan mobilnya ke pagar
sekitar gereja.
Ditambahkan, operasi penyelamatan awalnya ditunda karena penduduk yang
marah menyerang kendaraan badan tersebut dan perkelahian dilaporkan
terjadi antara umat Kristen dan Islam. Ia mengatakan kota itu kini
tenang dan dijaga ketat.
Wartawan VOA di tempat kejadian mengatakan, setelah serangan itu, pemuda
Kristen dan Islam turun ke jalan-jalan di daerah sekitarnya, menjaga
lingkungan mereka. Dikatakan, kini penduduk umumnya berada dalam rumah,
takut.
Ketua Asosiasi Pemuda Kristen Nigeria cabang negarabagian Kaduna, Diji
Haruna, mengatakan ia berada sekitar dua km dari lokasi ledakan bom. Ia
bergegas ke tempat kejadian di mana ia melihat tiga bangunan lain rusak
akibat kekuatan ledakan.
Haruna mengungkapkan, ledakan itu juga merusak upaya untuk mengakhiri
kekerasan sektarian di Kaduna, kota yang terletak dalam "Sabuk Tengah,"
Nigeria yang, seperti wilayah lain di negara itu, terpecah dengan
sebagian besar Muslim tinggal di utara sedangkan sebagian besar Kristen
di selatan.
"Apa yang terjadi di gereja hari ini, luar biasa, setelah semua upaya
dilakukan untuk mewujudkan Kaduna yang bisa hidup dalam damai. Menurut
saya, situasi ini mengerikan. Ini langkah mundur 10 kali bagi negara
bagian Kaduna," kata Haruna.
Human Rights Watch mengatakan kekerasan sektarian telah merenggut ribuan
nyawa di Nigeria dalam dekade terakhir. Setelah pemboman gereja Kaduna
bulan Juni, hampir 100 orang tewas dalam bentrokan antara Muslim dan
Kristen.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas pemboman terbaru itu,
tetapi ledakan tersebut mirip ledakan-ledakan lain yang dikaitkan
kelompok militan Islamis yang dikenal sebagai Boko Haram, yang
menyatakan kelompok itu ingin anggotanya yang dipenjara dibebaskan dan
penerapan hukum Islam.
Boko Haram dituding sudah membunuh lebih dari 1.400 orang dalam tiga
tahun terakhir. Kelompok itu mengklaim melakukan serangan terhadap
gereja-gereja, pasukan keamanan, gedung-gedung pemerintah, sekolah,
jaringan komunikasi, surat kabar, dan markas PBB setempat.